Rabu, 17 November 2010

chapter 4 ( cahaya harapan )

0 komentar

gelap malam menggelayuti sore hari yang mulai sirna
saat itu tries baru saja selesai kuliah sore
tatapan ceria selalu dia pancarkan kepada setiap teman yang dia temui
memang, tries terkenal sebagai mahasiswa yang paling ramai diantara teman-temannya
paling gila, dan tak pernah sedikitpun menghadirkan wajah muram durja terhadap teman-temannya.
tak ada yang mengetahui apa yang berada di balik senyuman dan canda tawa dari seorang anak manusia ini
segala tawa itu hanya untuk menutupi rasa sedih dari seorang pecinta yang hancur oleh cinta pertamanya
raung jalanan yang perlahan mulai ramai mengisi kota malang yang dingin
dingin oleh kabut sore itu
jalanan dipenuhi oleh hiruk pikuk orang yang pulang ke rumah masing-masing,
seperti halny para kumpulan burung-burung yang pergi menuju sarang mereka
tries memperhatikan setiap wajah yang dia temui di jalan,
wajah-wajah yang penuh dengan ekspresi kelelahan dari para pencari nafkah dan para intelektual muda
wajah mereka terlihat jelas oleh tries diatas sepeda motornya yang maju perlahan
baru kali ini dia merasa hal yang setiap hari dia temui namun tak tahu apa yang dia temui
dalam pikirnya selama ini dia tidak pernah tahu apa yang ada didepan dia,
hanya ada sekumpulan manusia yang hilir mudik di jalanan
namun sore itu semua pikirannya menuju satu arus
arus yang membawa pertanyaan tak akan ada seorang menjawab
di otaknya mulai berfikir secara acak
apa yang dilakukan oleh orang-orang ini?
mengapa aku bersama orang-orang ini?
entah perasaan apa yang menghampiri tries di sore itu.
tak lama berselang, tibalah dia di kontrakan
perlahan dia memasuki kontrakan yang sepi
hal yang biasa dia jumpai karena kontrakan yang dia tempati merupakan daerah para pensiunan
pensiunan yang ketika tua hanya menghabiskan seluruh hidupnya bersama cucu-cucu tercinta,
terbesit lagi dalam otak tries,
pertanyaan aneh muncul
kapan kira-kira dia akan punya cucu
punya berapa anak kelak dia
siapa yang akan menjadi istri dia kelak?
dan seketika itu, muncullah bayangan dari wanita itu,
wanita yang baru saja menghancurkan hati dia
menghancurkan menjadi pecahan kecil dan berserakan
namun, entah mengapa tak ada rasa sedihpun yang dia rasakan
tak ada rasa kalah dalam dadanya
yang ada hanya rasa bangga akan keteguhan hatinya
bangga akan ketulusan cinta yang dia beri pada wanita itu
terbayang wanita itu menjadi ibu dari anak-anak yang dia punya
apa bisa?
Tawa kecutpun mengembang dari wajahnya
Namun dalam hati kecilnya berontak
Apa hanya sampai disini kemampuanku sebagai laki-laki?
Apa aku sudah berusaha?
Tersadar dalam dirinya bahwa dia belum melakukan apa-apa untuk mendapatkan azizah
Dia melihat dirinya lebih parah dari pada kecoa
Lebih parah daripada binatang, karena binatang pun mempertaruhkan nyawanya, bertarung dengan berdarah-darah sesama binatang untuk mendapatkan pasangannya.
Ini adalah awal dari semua cinta yang dia liat
Awal untuk sebuah akhir yang dia pun tak tahu seperti apa
Apakah kelak dia akan mempunyai anak-anak dengan azizah sebagai istrinya
Hanya tuhan yang tahu dan usaha dia kelak yang akan menuntunnya.
Dan tampaknya cahaya putih akan harapan dia mengembang dalam kelamnya keadaan dirinya

Kamis, 08 April 2010

chapter 3 ( 29 maret 2009)

0 komentar
butiran air masih membasi wajah mereka, tawa renyah mengiri langkah mereka masuk kedalam tempat dari segala impian mereka,
"woii, lama banget km". hentak tries.
"hahah, sorry, td masih belanja ini, nanti malam kita pesta. sahut sofyan.
dentuman petir mengoyak kehampaan hati tris,
memoar akan sesosok wanita,
sepasang dua bola mata yang menerawang mengikuti langkahnya kedalam ruang lembab kamarnya.
pandangan akan wanita itu,
si azizah
entah bidadari apa yang membisikinya,
cinta itu seketika remuk,lebam, entah kata apa yang tepat mengungkapkannya,
"MAAF TRIES, AQ G NYURUH KAMU BUAT NUNGGU KAMU, AKU JUGA GAK NYURUH KAMU BUAT PERGI, HAHAH, MUNGKIN SEKARANG AKU BILANG GAK, TAPU SETAHUN LAGI GAK ADA YANG TAHU"
kata itulah yang yang tetap di pandang tiada hendi di handphonenya,
sepotong sms yang mengoyak hati, meluluhkan impian dia,
namun satu hal yang pasti,
impian, mimpi, mungkin tertunda, namun cinta akan tiba ketika dia datang,
prinsip itulah yg tris pegang,
dia hanya terpaku di kamar ,
otaknya bisa menerima kenyataan pahit itu,
namun tidak dengan hatinya, tidak dengan perasaannya.
berkecambuk,
sepintas dia ingin tahu sejauh mana dia bertahan,
nmun tidak dengn prinsipnya,
prinsip itu gugur tertelan kekecewaan mendalam.
sebungkus rokok berabjad A dia habiskan,
prinsip yang dia pegang sedari dulu luntur dalam beberapa menit,
hirupan pertama asap masuk perlahan ,
mulut, tenggorokan, dan paru-paru,
namun dia tidak menghiraukannya,
menyatu dalam tubuhnya,
dan semenjak itu,
dia memiliki seorang teman baru,
sigaret,
kalut, kacau, tenggelam dalam hinaan cinta.
dia jatuh cinta di saat pertama memandang, dan jatuh hati di saat pandangan pertama pula

Senin, 22 Februari 2010

chapter 2

2 komentar
siang itu tampak gelap gulita dengan bau hujan yang semakin merebak perlahan di udara.
habibi bersiap-siap untuk keluar, helm tertenteng di tangan kanan, dan satu helm lagi di pakainya, sepeda butut siap untuk menembus mendung untuk menjemput seseorang, seseorang yang datang dari pulau seberang, seorang sahabat karib.
"woi nyampek mana?" bertelepon si habibi dengan logat daerah yang kental.
"ya udah tunggu aja bentar udah dijalan ini" sejurus kemudian.
tidak asing bagi anak kost maupun kontrakan untuk sedikit "berbohong" dan terlambat waktu, 30 menit, itu sudah hal biasa.
gerimis tidak menghalangi si habibi untuk menjemput sahabatnya di sebuah terminal, terminal kecil yang ketika jam 11 malam tidak ada satu bis pun di terminal tersebut.,
"wah lama baanget conk" sahut seorang pria dari belakang
"maap tadi macet, hahahah" alasan yang tentu saja terasa aneh karena di malang jarang terjadi macet.
percakapan kedua sahabat ini di iringi bau bensin yang menyengat , karena terminal tersebut berdekatan dengan pom bensin. Sofyan, laki-laki putih, rambut berwarna merah pewarna rambut murah, berperawakan necis, sama sekali tidak menampakkan bahwa dia dari daerah yang selama ini dianggap hanya diisi oleh pemulung, tukang sampah, penjual sate, dan hal-hal negatif lainnya.
"berangkat jam berapa tadi?" tanya habibi sambil menggeber motorny di jalanan malang
"Jam 8an kayaknya" jawab sofyan dengan tidak yakin
"yan ikut bentar ke pasar, cari 'ikan' buat makan nanti, di kontrakan gda 'ikan'.
hal yang aneh namun sudah biasa di daerah madura, ketika menyebut 'lauk' sebagai 'ikan'
walupun tempe, ayam, tahu, tetap saja menyabutnya 'ikan'.
dengan cepat sepeda motor butut itu meluncur, melewati gerimis siang itu.
mereka pun sampai di pasar tradisional, gaya necis pun tidak menjadi halangan bagi mereka, tanah berlumpur gara-gara gerimis, dan bau pasar yang sangat khas tidak menjadi halangan bagi mereka, karena menurut anak kost tidak ada tempat sesurga pasar traditional. surga makanan marah, surga untuk yang tetap berdiri kokoh melawan pasar-pasar modern.
"enaknya nanti makan apa?" tanya habibi
"yang enak lah, tentunya bukan cuma tempe tahu" sahut sofyan
" ya udah 'ikan' ayam saja, mumpung da duit nih" balas habibi
sampailah mereka di tempat penjual ayam, dengan berharap si penjual ayam itu saudara mereka sendiri, saudara satu suku,karena dengan begitu harga barang akan turun dengan sendirinya, mengalahkan nilai tukar rupiah di tahun '98.
dengan lihainya kedua sahabat ini menawar ayam, dan juga tidak percuma bahwa kedua sahabat ini adalah mahasiswa jurusan ilmu komunikasi, ayam pun berhasil mereka beli dengan cara komunikasi yang lihai,
"mari berpesta kawan" ucap sofyan
kedua sahabat ini berangkat menuju kontrakan dengan hujan mengiringi perjalanan mereka.
 
Copyright © wanita itu , ,
Blogger Theme by BloggerThemes | Theme designed by Jakothan Sponsored by Internet Entrepreneur